Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) melalui Direktorat Jenderal (Ditjen) Kebudayaan terus mendorong penyelenggaraan pendidikan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa di semua daerah yang memiliki peserta didik penghayat kepercayaan. Hal ini sesuai dengan amanat Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 27 Tahun 2016 tentang Layanan Pendidikan Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa pada Satuan Pendidikan.
Direktur Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan Masyarakat Adat, Sjamsul Hadi mengungkapkan terbitnya peraturan tersebut menjadi momentum bagi penghayat kepercayaan untuk memperoleh pendidikan kepercayaan sesuai yang diyakininya. Salah satu upayanya, kata Sjamsul Hadi adalah dengan dengan menyosialisasikan peraturan tersebut di daerah-daerah yang memiliki peserta didik penghayat kepercayaan.
“Dalam implementasinya, Kemendikbudristek tidak dapat bergerak sendiri, diperlukan komitmen pemerintah daerah untuk memfasilitasi penyelenggaraan pendidikan kepercayaan pada satuan pendidikan di wilayah kerjanya, selain itu peran aktif organisasi masyarakat juga sangat diharapkan, untuk mendukung penyelenggaraannya,” ujar Sjamsul Hadi di Waingapu, Sumba Timur, pada Rabu (24/5).
Saat ini terdapat 15 provinsi yang memiliki peserta didik penghayat kepercayaan, mulai dari tingkat Sekolah Dasar (SD) hingga Sekolah Menengah Atas (SMA). Bersama dengan Majelis Luhur Kepercayaan Indonesia (MLKI), Kemendikbudristek berkomitmen untuk memberikan pendampingan kepada daerah yang sedang merintis penyelenggaraan pendidikan kepercayaan, untuk mewujudkan pendidikan yang setara bagi penghayat kepercayaan.
Salah satu contohnya adalah Kabupaten Sumba Timur. Kabupaten dengan jumlah penduduk penghayat kepercayaan terbanyak berhasil menyelenggarakan pendidikan kepercayaan dengan cukup baik. Tercatat enam satuan pendidikan yang secara aktif menyelenggarakan pendidikan untuk penghayat kepercayaan yaitu empat SMA dan dua SD.
Berdasarkan data pada Badan Pusat Statistik Kabupaten Sumba Timur, tercatat ada 16.790 penduduk penghayat kepercayaan per tahun 2021. Salah satu kepercayaanya adalah Marapu, kepercayaan warisan leluhur di Pulau Sumba yang masih banyak dianut hingga saat ini.
Bertepatan dengan momentum bulan Merdeka Belajar dan pendukungan kegiatan Rapat Koordinasi Pemajuan Kebudayaan, Inovasi, dan Kreativitas yang diselenggarakan oleh Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK), Kemendikburistek menyelenggarakan gelar wicara bertajuk “Cerita dari Tanah Marapu: Praktik Baik Penyelenggaraan Pendidikan Kepercayaan di Kabupaten Sumba Timur” di Kampung Raja Prailiu, Kecamatan Kambera, Kabupaten Sumba Timur.
Gelar wicara ini merupakan wadah sosialisasi sekaligus bentuk apresiasi penyelenggaraan pendidikan kepercayaan di Sumba Timur. Hadir sebagai pembicara, Bupati Sumba Timur Khristofel Praing, Direktur Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan Masyarakat Adat Sjamsul Hadi, Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Rindi Umalulu Benyamin Nimrot Jutalo, Manajer Proyek Lii Marapu Anton Jawamara, dan Penyuluh Kepercayaan Arman Ranja Muda.
Benyamin Nimrot Jutalo, Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Rindi Umalulu di Sumba Timur mengatakan bahwa memenuhi kebutuhan peserta didik untuk memperoleh pendidikan, termasuk pendidikan kepercayaan, merupakan kewajiban sekolah. “Saat ini terdapat 75 peserta didik penghayat kepercayaan yang telah mendapatkan pendidikan kepercayaan.” ungkapnya.
Belum adanya guru atau tenaga pendidik yang berkualifikasi tidak menjadi permasalahan, kata Benyamin. Dirinya cukup terbantu dengan adanya penyuluh kepercayaan tersertifikasi yang ditugaskan oleh Direktorat Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan Masyarakat Adat untuk mengajar pendidikan kepercayaan.
Selain itu, kebutuhan layanan pendidikan untuk penghayat kepercayaan Marapu juga direspon Marungga Foundation dan Sumba Integrated Development dengan menginisiasi Proyek Lii Marapu. Tujuannya meningkatkan akses layanan pendidikan dan sosial bagi penghayat kepercayaan Marapu di Sumba Timur.
Dukungan organisasi masyarakat juga menjadi bagian tak terpisahkan dalam upaya mewujudkan penyelenggaraan pendidikan kepercayaan yang ideal di Sumba Timur. Anton Jawamara, Manajer Proyek Lii Marapu mengatakan saat ini sedang mengembangkan Buku Teks Pendamping Pendidikan Kepercayaan Marapu, untuk melengkapi perangkat pendidikan kepercayaan.
Kolaborasi apik berbagai pihak dalam mewujudkan penyelenggaraan pendidikan kepercayaan di Sumba Timur, merupakan wujud nyata semboyan Ki Hajar Dewantara, “Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madyo Mangun Karso, Tut Wuri Handayani” (yang di depan memberikan teladan, yang di tengah memberikan semangat, yang di belakang memberikan dorongan atau dukungan). Melalui semangat bergerak bersama yang diangkat menjadi tema Hardiknas tahun ini, pendidikan kepercayaan dapat mewujudkan pendidikan yang setara untuk penghayat kepercayaan.